Senin, 08 Juni 2009

Untuk Masa Pensiun yang Indah dan Bahagia Sejahtera

"Sebagian besar kalangan profesional di Indonesia belum dapat membuat perencanaan keuangan untuk masa pensiunnya"- Hasil survey oleh lembaga survey Internasional bekerja sama dengan Bank Internasional di Indonesia
Hanya 20% dari mereka yang telah melakukannya, sekitar 80% justru berencana melakukan konsumsi konsumtif dengan membeli mobil baru, merenovasi rumah, bepergian dan melakukan pola hidup yang foya-foya.
Hal itu bisa dilihat dari terjadinya peningkatan penjualan produk kelas atas di Indonesia misalnya : penjualan properti, kendaraan, produk elektronik, telpon gengam dan produk fashion.
Apabila pola konsumsi ini dibiarkan terus menerus maka akan mengakibatkan mereka miskin, sengsara dan merana secara keuangan di hari tua.
Berikut adalah beberapa hal yang menyebabkan karyawan lebih mementingkan konsumsi dibandingkan investasi untuk pensiun sebagai berikut:
- Faktor budaya, yang terbiasa hidup anti perencanaan, pola pikir dan perilaku hidup pasrah menerima suatu kenyataan tanpa memperjuangkannya
- Tidak terdapat persepsi dan alat ukur yang tepat antara arti kaya dan kemapanan. Masyarakat kita lebih menghargai seseorang karena kekayaannya dibanding kemapanan
- Minim Edukasi tentang bagaimana mengelola keuangan pribadi atau keluarga secara tepat,baik dan benar
Menurut laporan Bank Dunia, pada tahun 2050 mendatang, jumlah penduduk Indonesia yang berusia muda dan produktif akan menurun sekitar 30% dari kondisi saat ini. Artinya : para karayawan produktif yang bekerja saat ini, tidak bisa begitu saja bergantung dengan anak-anaknya pada masa mendatang bila mereka tidak mempunyai program pensiun yang sudah dimulai saat mereka masih bekerja.
Untuk itu perlu disiapkan program pensiun yang bisa memberikan hasil sesuai dengan harapan. Dan juga jauhkan ide-ide untuk menggunakan uang yang telah tertanam dalam program pensiun, guna kepentingan jangka pendek untuk memenuhi kebutuhan konsumtif semata.
Secara teoritis, siklus investasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Tahap Akumulasi
Seseorang dengan usia 25-35 dan tengah memulai karier atau dalam tahap pertengahan perjalanan karier, biasanya akan mengakumulasikan aset untuk tujuan jangka pendek, misalnya kredit rumah, kendaraan. Biasanya mempunyai porsi hutang yang tinggi dan akan melakukan investasi risiko tinggi dengan harapan memperoleh imbal hasil yang tinggi pula.
- Fase konsolidasi
Di Umur 35-45 seseorang berada pada pertengahan dan akhir perjalanan karier, biasanya telah melunasi seluruh hutangnya dan memiliki aset untuk pendidikan anaknya. Penghasilannya sudah melebihi pengeluarannya sehingga sisanya dapat digunakan sebagai persiapan masa pensiun. Investasi yang sesuai adalah investasi yang moderat, setengah ke investasi risiko tinggi seperti saham dan setengahnya lagi kepada obligasi perusahaan,misalnya.
- Fase Pembelanjaan
Fase di mana masuk ke umur pensiun 55 ke atas. Biaya hidup diharapkan berasal dari hasil investasi pada fase sebelumnya. Investasi yang bisa ditoleransi adalah sebaiknya memiliki tingkat resiko yang rendah misalnya deposito. Tapi khusus untuk orang Asia, berlaku "Asia Syndrom" dimana walaupun mereka sudah tidak produktif secara formil, mereka masih berkarya dalam hal mengembangkan hobi dan mengisi waktu luang.
Dengan mengikuti pola dalam siklus investasi, dan menerapkan program pensiun yang konservatif. Dimana pensiun hanya untuk pensiun, tanpa ada pikiran untuk mengambilnya, diharapkan peserta program dapat mendapatkan dana pensiun yang optimal. Untuk Masa pensiun yang baik dan bahagia.

Untuk Masa Pensiun yang Indah dan Bahagia Sejahtera

"Sebagian besar kalangan profesional di Indonesia belum dapat membuat perencanaan keuangan untuk masa pensiunnya"- Hasil survey oleh lembaga survey Internasional bekerja sama dengan Bank Internasional di Indonesia
Hanya 20% dari mereka yang telah melakukannya, sekitar 80% justru berencana melakukan konsumsi konsumtif dengan membeli mobil baru, merenovasi rumah, bepergian dan melakukan pola hidup yang foya-foya.
Hal itu bisa dilihat dari terjadinya peningkatan penjualan produk kelas atas di Indonesia misalnya : penjualan properti, kendaraan, produk elektronik, telpon gengam dan produk fashion.
Apabila pola konsumsi ini dibiarkan terus menerus maka akan mengakibatkan mereka miskin, sengsara dan merana secara keuangan di hari tua.
Berikut adalah beberapa hal yang menyebabkan karyawan lebih mementingkan konsumsi dibandingkan investasi untuk pensiun sebagai berikut:
- Faktor budaya, yang terbiasa hidup anti perencanaan, pola pikir dan perilaku hidup pasrah menerima suatu kenyataan tanpa memperjuangkannya
- Tidak terdapat persepsi dan alat ukur yang tepat antara arti kaya dan kemapanan. Masyarakat kita lebih menghargai seseorang karena kekayaannya dibanding kemapanan
- Minim Edukasi tentang bagaimana mengelola keuangan pribadi atau keluarga secara tepat,baik dan benar
Menurut laporan Bank Dunia, pada tahun 2050 mendatang, jumlah penduduk Indonesia yang berusia muda dan produktif akan menurun sekitar 30% dari kondisi saat ini. Artinya : para karayawan produktif yang bekerja saat ini, tidak bisa begitu saja bergantung dengan anak-anaknya pada masa mendatang bila mereka tidak mempunyai program pensiun yang sudah dimulai saat mereka masih bekerja.
Untuk itu perlu disiapkan program pensiun yang bisa memberikan hasil sesuai dengan harapan. Dan juga jauhkan ide-ide untuk menggunakan uang yang telah tertanam dalam program pensiun, guna kepentingan jangka pendek untuk memenuhi kebutuhan konsumtif semata.
Secara teoritis, siklus investasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Tahap Akumulasi
Seseorang dengan usia 25-35 dan tengah memulai karier atau dalam tahap pertengahan perjalanan karier, biasanya akan mengakumulasikan aset untuk tujuan jangka pendek, misalnya kredit rumah, kendaraan. Biasanya mempunyai porsi hutang yang tinggi dan akan melakukan investasi risiko tinggi dengan harapan memperoleh imbal hasil yang tinggi pula.
- Fase konsolidasi
Di Umur 35-45 seseorang berada pada pertengahan dan akhir perjalanan karier, biasanya telah melunasi seluruh hutangnya dan memiliki aset untuk pendidikan anaknya. Penghasilannya sudah melebihi pengeluarannya sehingga sisanya dapat digunakan sebagai persiapan masa pensiun. Investasi yang sesuai adalah investasi yang moderat, setengah ke investasi risiko tinggi seperti saham dan setengahnya lagi kepada obligasi perusahaan,misalnya.
- Fase Pembelanjaan
Fase di mana masuk ke umur pensiun 55 ke atas. Biaya hidup diharapkan berasal dari hasil investasi pada fase sebelumnya. Investasi yang bisa ditoleransi adalah sebaiknya memiliki tingkat resiko yang rendah misalnya deposito. Tapi khusus untuk orang Asia, berlaku "Asia Syndrom" dimana walaupun mereka sudah tidak produktif secara formil, mereka masih berkarya dalam hal mengembangkan hobi dan mengisi waktu luang.
Dengan mengikuti pola dalam siklus investasi, dan menerapkan program pensiun yang konservatif. Dimana pensiun hanya untuk pensiun, tanpa ada pikiran untuk mengambilnya, diharapkan peserta program dapat mendapatkan dana pensiun yang optimal. Untuk Masa pensiun yang baik dan bahagia.

Cheers! You Deserve it...

Saat ini minum wine bukanlah sesuatu yang dirasakan asing lagi. Jenis wine yang diminum pun beragam , disesuaikan dengan selera dan kesempatan. Untuk perayaan khusus dan pencapaian sesuatu champagne menjadi pilihan utama.Bukan saja karena harganya yang mahal tapi juga kekhususannya dalam pembuatannya yang masih tradisional di kota Champagne, Perancis.
Rasa champagne amat khas dan berbeda dengan sparkling wine. Di Amerika sendiri, definisi tentang sparkling wine lebih tegas: Wine dapat disebut sebagai sparkling wine jika mengandung 0,392 gram karbondioksida per 100 mililiter atau setara dengan satu atmosfer. Sedangkan Champagne memiliki kandungan karbondioksida sampai dengan empat atmosfer.Wine yang dibuat di luar kota Champagne, Perancis lebih lazim disebut sebagai sparkling wine.
Sparkling wine merupakan jenis wine yang proses fermentasinya dicampur dengan karbondioksida. Karbondioksida membuat sparkling wine penuh gelembung. Warna sparkling wine yang agak keemasan karena melewati dua kali fermentasi. Fermentasi pertama dilakukan dalam bak baja , lalu yang kedua terjadi dalam botol. Ragi dan gula ditambahkan lalau menghasilkan karbondioksida yang terbentuk karena tekanan dalam botol.
Masing-masing produsen anggur memiliki rahasianya masing masing dalam proses produksi. Sparkling wine dari Spanyol disebut Cava yang diantaranya : Freixenet, Codorniu, Paul Cheneau. Memiliki ciri-ciri : light, crisp, dan fresh. Sebutan Sparkling wine dari Italia : Prosecco diantaranya : Brachetto, Batasiolo Moscato, Franciacorta dan Spumante. Yang disukai di Indonesia yaitu Moscato d’Asti-terutama kaum Hawa karena rasanya yang manis.
Sedangkan sparkling wine untuk Jerman disebut sekt, yang populer diantaranya : Schumann, Deinhard Lila Brut NV, Nagler Cuvee Rheingau Riesling dengan citarasa very dry. Selain Champagne ada juga sparkling wine yang tak kalah terkenal seperti yang berasal dari daerah desa Loire atau Jura dan Savoie di timur Prancis yang menghasilkan Brut Dargent.
California merupakan wilayah penghasil sparkling wine terkenal di benua Amerika. Produknya antara lain: Roaderer Estate Brut Anderson Valley NV. Dari Australia : Seaview Brut. Sedangkan dari New Zealand: Lindauer Brut.
Cara memegang gelasnya adalah pegang pada bagian tangkainya supaya suhu tangan tidak merubah suhu dan citarasa sparkling wine. Dengan menggunakan gelas wine yang menyerupai flute ini supaya gelembung-gelembung yang muncul dapat naik ke permukaan wine, dan keharuman aromanya dapat tercium secara bertahap. Penuhi gelas tidak lebih dari dua per tiga tinggi gelas,, supaya saat digoyangkan isinya, aroma wine dapat tercium aromanya,
Selain nikmat saat diminum, sparkling wine ini dapat mempercepat aliran darah di dalam tubuh. Karena itu hati-hati dalam meminum sparkling wine ini, jangan terbuati oleh kenikmatan rasa dan aromanya karena dapat mempercepat penyerapan alcohol dalam darah.
Champagne atau sparkling wine ini juga dapat menghilangkan stress karena dapat memperlancar aliran darah ke otak.
Bon Apetit...